Oleh: Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i Rahimahullah
Ini adalah perkara yang memberikan nasehat dan peringatan. Dimana terlihat rumah-rumah hancur dan menjadi puing reruntuhan dan lain sebagainya. Maka sesungguhnya Allah memberikan adzab karena pelanggaran mereka terhadap hak Allah. Adapun manusia, mereka membalas dendam bukan karena agama Allah. Akan tetapi karena membela harga diri mereka. Sehingga batasan syariat itu telah hilang. Dan amar ma’ruf nahi munkar telah hilang di banyak negeri islam.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Sunan Abu Dawud dari hadits Abu Bakr Ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu:
((ما من قوم يعمل فيهم بالمعاصي، ثمّ يقدرون على أن يغيّروا، ثمّ لا يغيّروا، إلا يوشك أن يعمّهم الله منه بعقاب))
“Tidaklah satu kaum diantara mereka ada yang berbuat maksiat, kemudian mereka mampu untuk mengubahnya, namun mereka tidak mengubahnya, kecuali hampir Allah akan meratakan mereka dengan siksa.”
Dan aku telah diberi kabar bahwa di sebagian negeri tetangga, jika seseorang memiliki alat pemikul kayu bakar, alat itu diletakkan di dekat pintu. Atau apabila dia memiliki kambing kibasy, atau memiliki mobil dan yang lainnya, dia perlu menjaganya. Maka aku berkata kepada yang memberi kabar, “Mungkin karena fanatisme?” Dia berkata, “Tidak, akan tetapi karena fanatisme kelaparan.”
Wajib atas kita untuk memuji Allah, menunaikan zakat, menyambung silaturohmi, dan membantu orang-orang yang terkena bencana. Wajib atas kita bertakwa kepada Allah, sehingga Allah menjaga diri kita, harta kita, anak-anak kita, dan agama kita.
Jangan engkau mengatakan, “Aku hanya melakukan dosa kecil, sedang di antara orang-orang ada yang melakukan dosa besar.” Jangan. Akan tetapi yang menjadi tanggung-jawabmu adalah diri kamu dan memperbaiki dirimu, kemudian engkau berusaha memperbaiki orang lain.
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ (41)
“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 40-41)
Apakah perangai-perangai ini banyak terdapat di antara kita? Apakah perangai-perangai itu banyak terdapat di antara orang-orang yang berada di bawah tanggung jawab kita? Apakah perangai-perangai ini banyak terdapat di antara masyarakat kita?
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat.” Mungkin kamu menegakkan sholat, tetapi anak kamu tidur di pembaringannya.
“Menunaikan zakat,” dengan memberikannya kepada delapan orang yang berhak menerima zakat.
“Menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.” Amar ma’ruf nahi munkar dianggap sebagai poros peredaran Islam, dan peredaran Islam berputar pada poros itu. Amar ma’ruf nahi munkar telah mati dan hilang di Negeri …. Kalau engkau beramar ma’ruf dan engkau mencegah kemunkaran, maka orang yang pertama kali menghalangimu adalah syiah -semoga Allah memberi hidayah kepada mereka atau memutus anak keturunan mereka-.
Aku akan menceritakan sebuah kisah yang harus disebutkan. Saudara kita Muhammad Al-Qo’ishi mendakwahi seorang yahudi untuk masuk Islam. Kemudian datang seorang pemuda syi’ah ikut campur antara dia dan orang yahudi itu. Kemudian orang-orang berkumpul, tentara mengepung, karena pemuda syi’ah itu ingin menentang Muhammad Al-Qo’ishi. Kemudian pemuda syiah itu memegang tangannya dan menempelengnya, sampai Muhammad Al-Qo’ishi jatuh di atas tengkuknya. Orang-orang yang hadir semuanya mencerca dia. Mereka mengatakan, “Orang yang tercela ini tertimpa sial karena hendak mengislamkan seorang yahudi.”
Ya Allah, hancurkanlah syiah! Sesungguhnya mereka menghadang dakwah dan menghambat jalan dakwah kepada Allah. Inna lillah wa inna ilahi roji’un.
Maka amar ma’ruf dan nahi munkar yang diistilahkan sebagai pengaman masyarakat kita telah mati. Syi’ah beramar munkar dan nahi ma’ruf. Mereka -syi’ah- memerintahkan untuk memerangi ahlussunnah, dan itu adalah kemungkaran. Apa yang dilakukan ahlussunnah terhadap mereka? Syi’ah telah mencegah yang ma’ruf, berupa dakwah ahlussunnah kepada kitabullah dan sunnah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidak menyaingi mereka dalam masalah kursi-kursi mereka. Kita juga tidak menghalalkan darah mereka, kehormatan mereka, dan harta mereka. Inna lillah wa inna ilahi roji’un.
(Sumber: Idhoh Al-Maqol Fii Asbab Az-Zilzal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar