Menjadi seorang karyawan / pegawai merupakan idaman banyak orang. Baik itu di instansi pemerintah atau swasta. Profesi sebagai karyawan/ pegawai banyak diminati orang karena memang profesi ini menjanjikan gaji yang cukup menggiurkan, di samping memang profesi ini mendapat kedudukan sosial yang cukup di masyarakat. Untuk mendapatkannya mereka telah mengorbankan harta, waktu, kehormatan atau apa yang dimiliki. Sedikit saja diantara mereka menempuh cara yang benar, padahal harta yang didapat digunakan untuk menghidupi diri dan keluarga. Apa yang terjadi jika daging ini tumbuh dari harta yang haram?!.
Permasalahan tidak selesai sampai disini, setelah predikat pegawai disandang dan amanat pun diemban banyak godaan yang menghampiri sehingga janji prasetya terhadap perusahaan atau pimpinan seakan-akan dilupakan. Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana menjadi pegawai yang jujur, tidak merugikan diri sendiri juga orang lain , harta yang diproleh pun halal, tidak menghalangi diterimanya do’a dan ibadah, tidak menjadi tanggungan di hari kiamat yang menyebabkan amal baik akan musnah dan masuk kedalam Neraka –Na’udzu billah min dzalik-.
Orang yang beriman kepada hari pembalasan tentu memiliki prinsip dalam mencari rezeki, bukan asal berhasil dan kaya. Mereka mencari yang halal, karena harta yang halal akan dipergunakan untuk yang halal dan bermanfaat bagi dirinya dan agamanya. Alloh SWT tidak menerima melainkan dari yang baik. Sebaliknya harta yang diperoleh dari cara yang haram, akan digunakan untuk kerusakan diri dan agamanya. Adapun bahaya lain dari makan harta yang haram ialah:
Bisa jadi do’anya tidak dikabulkan. Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. (. Al-Mu’minun: 51) Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. (Al-Baqaroh: 172). Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Ya Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim, 1686).
Ditimpa adzab yang sangat pedih disebabkan kedholiman. Hal ini sering kita saksikan, tidak sedikit musibah para pencari harta yang haram. Dari abu musa RA RasulullaohSAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT menanguhkan siksaan orang yang berbuat dholim, sehingga apabila Dia mengadzabnya tidaklah melepaskannya, kemudian membaca ayat (yang artinya): “Dan begitulah adzab Rabbmu, apabila Dia mengadzab penduduk negri-negri yang berbuat dholim.” (Huud: 102). (HR. Muslim: 4580).
Apabila tidak diselesaikan perkaranya didunia akan dimintai pertanggung jawabannya pada hari kiamat. Dari Abu Hurairaoh RA Rasululloh j bersabda: (artinya) “Barangsiapa dirinya merasa mendholimi saudaranya, hendaklah dia minta maaf, karena tidaklah disana dia memiliki satu dinar berupa kebaikan melainkan akan diambil oleh saudaranya, maka jika dia tidak memiliki kebaikan, akan diambil dosa saudaranya lalu ditimpakan kepada dirinya.” (Riwayat Al Bukhari: 2269). Ibnu Rojab al-hambali –rahimahullah- berkata: “Kedholiman seorang hamba itu karena kejahatan yang dia perbuat, anak adam memiliki sifat bakhil, dia tidak membiarkan haknya sedikitpun terutama pada saat dia membutuhkannya pada hari kiamat, demikian juga seorang ibu merasa gembira pada hari itu jika dia punya hak dari anaknya, kelak akan diambilnya pula. Walaupun demikian pada umumnya orang yang berbuat dholim akan disegerakan hukumannya di dunia sekalipun ada yangditangguhkan, sebagaimana sabda Nabi SAW diatas.”
BAGAIMANA MENJADI KARYAWAN YANG BAIK
Bagaimana menjadi seorang pegawai yang jujur, menguntungkan semua pihak dan tidak ada tuntutan di kemudian hari.
1. Pegawai hendaknya meluruskan niat.
Niatkan untuk mencari rezeki yang halal untuk beribadah kepada Allah SWT, karena dengan niat yang baik, insya Alloh akan menjadi orang yang qona’ah dan hilang rasa tamak dalam mencari rezeki. Rasul j bersabda: “Sungguh amat beruntung orang yang masuk islam, dan diberi rezeki yang cukup dan dibuat Alloh dia ridho menerima apa adanya.” (Riwayat Muslim: 1746, dari Abdulloh bin Amr bin Ash SAW).
2. Mentaati peraturan yang berlaku yang tidak bertentangan dengan islam. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu,…” (Al Maidah : 1)
Akan tetapi ketaatan itu hanya berlaku pada hal-hal yang ma’ruf dan hal-hal yang mubah saja. Apabila peraturan-peraturan tersebut ada yang melanggar syar’I, maka tidak ada kewajiban bagi kita untuk taat kepadanya. Bahkan kita harus mendahulukan syari’at diatas segalanya. Rasulullah J bersabda:
“Sesungguhnya ketaatan hanya pada yang ma’ruf” (Riwayat Al Bukhari- Muslim)
3. Merasa diawasi oleh Alloh SWT
Semua pekerja yang merasa dirinya diawasi oleh Alloh akan berjalan dengan baik, bahkan meringankan beban. Sebagaimana firman Alloh :
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qoof: 18).
4. Menjalankan Amanat.
Sabda Rosululloh SAW: “Tidaklah beriman dengan sempurna orang tidak menunaikan amanat.” (Riwayat Ahmad, dari Anas bin Malik . Silsilah -shohihah 2786)
5. Bertanggung jawab atas pekerjaannya dan menjaga harta pemilik perusahaan. Rosululloh SAW bersabda: “Dan pegawai mengurusi harta tuannya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannnya.” (Riwayat Al Bukhori 884, dari Ibnu Umar RA).
6. Tidak berambisi menjadi pemimpin.
Rosululloh SAW bersabda: “Janganlah kamu ambisi pemimpin, karena bila kamu diamanati dengan sebab kamu meminta, kamu akan dibiarkannya, akan tetapi bila kamu diserahi amanat sedangkan kamu tidak memintanya, maka kamu akan ditolong.” (Riwayat Muslim 3401 dari Abdurrohman bin Samurah RA)
7. Menasehati atasan dengan lembut apabila melakukan kesalahan.
Rasululloh SAW bersabda: “Ada tiga golongan yang diberi pahala dua kali lipat … dan seorang hamba yang menunaikan haq Alloh dan menasehati majikannya.” (Riwayat Al Bukhori: 2789, dari Burdah RA ).
8. Tidak menerima dan meminta pungutan liar dari siapapun.
Karena pegawai telah menerima gaji tetap, maka tidak boleh bagi dia untuk mengambil uang dari berbagai pungutan yang berkenaan dengan pekerjaan di luar apa yang telah di tetapkan baginya Rosulullah j bersabda: “Laknat Allah atas penyuap dan orang yang di suap” (Riwayat Ibnu Majah 2313, Shahihul Jami’ 5114)
Dalam hadits lain disebutkan: “Pemberian hadiah (pungutan liar) kepada pegawai termasuk suap.” (Riwayat Ahmad: 2662, Shohih mukhtasor Irwaul gholil: 1/522).
Syaikh Ibnu Utsaimin –Rahimahullah- tatkala ditanya bolehkah menerima upah tambahan, beliau menjawab: ‘Orang yang Wara’ (hati-hati) hendaknya tidak menerima dan mengembalikannya, karena Nabi SAW tatkala mengutus pegawainya (Abdulloh bi Al-Lutbiyyah RA ) menarik uang zakat. Ketika dia kembali membawa uang zakat, lalu dia berkata: “ini untukmu dan ini untukku, lalu beliau j berkhutbah dan berkata: (artinya) “Mengapa dia tidak duduk dirumah ayahnya atau ibunya, diberi hadiah atau tidak.?. Demi dzat yang diriku ditangan-Nya, tidaklah yang dia ambil melainkan besok pada hari kiamat barang itu akan dipikulkan dipundaknya.” (Riwayat Muslim: 1832).
9. Hendaklah keluar dari kepegawaian bila pekerjaan yang dikerjakan menuju kepada yang haram, atau bila dilarang beribadah.
Akhirnya semoga Alloh SWT senantiasa membimbing kita semua agar menjadi pegawai yang mendapatkan ridho dan rohmat-Nya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar