Inilah DOKUMEN RAHASIA sekte agama
Syiah, tentang misi jangka panjang
mereka (50 th), untuk menegakkan
kembali dinasti Persia yang telah
runtuh oleh Islam berabad-abad
lamanya, sekaligus membumi- hanguskan negara-negara Ahlus
Sunnah, musuh bebuyutan mereka.
Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan
Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula
majalah-majalah di berbagai negara
Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi
123, Maret 1998. Karena naskah yang tersebar adalah
naskah dalam bahasa arab, maka
kami terjemahkan ke dalam bahasa
indonesia, agar orang yang tidak
mampu berbahasa arab pun bisa
memahami isi naskah tersebut. Sekarang kami persilahkan Anda
membaca terjemahannya: ((Bila kita tidak mampu untuk
mengusung revolusi ini ke negara-
negara tetangga yang muslim, tidak
diragukan lagi yang terjadi adalah
sebaliknya, peradaban mereka -yang
telah tercemar budaya barat- akan menyerang dan menguasai kita. Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah
dan pengorbanan para pengikut
imam yang pemberani- berdirilah
sekarang di Iran, Negara Syiah Itsna
Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam),
setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar
petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang
berat dan bahaya, yakni: menggulirkan revolusi. Kita harus akui, bahwa pemerintahan
kita adalah pemerintahan yang
berasaskan madzhab syi’ah, disamping tugasnya melindungi
kemerdekaan negara dan hak-hak
rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk
menjadikan pengguliran revolusi
sebagai target yang paling utama. Akan tetapi, karena melihat
perkembangan dunia saat ini dengan
aturan UU antar negaranya, tidak
mungkin bagi kita, untuk
menggulirkan revolusi ini, bahkan
bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan
kelangsungan kita. Karena alasan ini, maka -setelah
mengadakan tiga pertemuan, dan
menghasilkan keputusan, yang
disepakati oleh hampir seluruh
anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya). Karena bahaya yang kita hadapi dari
para pemimpin Wahabiah dan mereka
yang berpaham ahlus sunnah, jauh
lebih besar dibandingkan bahaya
yang datang dari manapun juga, baik
dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus
Sunnah selalu menentang pergerakan
kita. Merekalah musuh utama
Wilayatul Fakih dan para imam yang
ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan
faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan
agama dan adat, dengan begitu
berarti mereka telah memecah dunia
Islam menjadi dua kubu yang saling
bermusuhan. Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di
daerah-daerah berpenduduk Ahlus
Sunnah di Iran, khususnya kota-kota
perbatasan. Kita harus menambah
masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume
dan keseriusan dalam pengadaan
acara-acara peringatan ritual syi’ah. Kita juga harus menciptakan iklim
yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana. Dan merupakan kewajiban negara
dan instansinya, untuk memberikan
perlindungan langsung kepada
mereka yang diutus untuk menempati
daerah itu, dengan tujuan agar
dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di
berbagai kantor, pusat pendidikan
dan layanan umum, yang masih di
pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk
pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan
membuahkan hasil, tanpa adanya
kericuhan, pertumpahan darah, atau
bahkan perlawanan dari kekuatan
terbesar dunia. Sungguh dana besar
yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-
balik. Teori Memperkuat Pilar-pilar
Negara: Kita tahu, bahwa kunci utama untuk
menguatkan pilar-pilar setiap negara,
dan perlindungan terhadap
rakyatnya, berada pada tiga asas
utama: Pertama: Kekuatan yang dimiliki
oleh pemerintahan yang sedang
berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang
dimiliki oleh para ulama dan
penelitinya. Ketiga: Ekonomi yang terfokus
pada kelompok pengusaha pemilik
modal. Apabila kita mampu menggoncang
pemerintahan, dengan cara
memunculkan perseteruan antara
ulama dan penguasanya, atau
memecah konsentrasi para pemilik
modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara
lain, tak diragukan lagi, kita telah
menciptakan keberhasilan yang
gemilang dan menarik perhatian
dunia, karena kita telah meruntuhkan
tiga pilar tersebut. Adapun rakyat jelata setiap negara,
yang berjumlah rata-rata 70-80
persen, mereka hanyalah pengikut
hukum dan kekuatan yang
menguasainya. Mereka disibukkan
oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat
tinggalnya. Oleh karena itu, mereka
akan membela siapa pun yang sedang
berkuasa. Dan untuk mencapai atap
setiap rumah, kita harus menaiki
tangga utamanya. Tetangga-tetangga kita dari kaum
Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah:
Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan
banyak negara kecil di pinggiran
selatan, serta gerbangnya negara
teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal
sebenarnya berpecah-belah. Daerah-
daerah ini, adalah kawasan yang
sangat penting sekali, baik di masa
lalu, maupun di masa-masa yang akan
datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak
ada di muka bumi ini kawasan yang
lebih sensitif melebihinya. Para
penguasa di kawasan ini memiliki
taraf hidup yang tinggi, karena
penjualan minyak buminya. Kategori Penduduk di Kawasan Ini Penduduk di kawasan ini terbagi
dalam tiga golongan: Pertama: Penduduk baduwi dan
padang pasir, yang telah ada sejak
beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari
berbagai pulau dan pelabuhan, yang
telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga zamannya
Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind,
Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi.
Dan telah banyak perjalanan hijrah
dari waktu ke waktu, sejak mulainya
revolusi Islam. Ketiga: Mereka yang berasal dari
negara arab lainnya, dan kota-kota
pedalaman Iran. Adapun lahan bisnis, perusahaan
ekspor impor dan kontraktor,
biasanya dikuasai oleh selain
penduduk asli. Sedangkan penduduk
asli, kebanyakan mereka hidup dari
menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga
penguasa, biasanya mereka hidup
dari gaji pokok penjualan minyak
buminya. Adapun kerusakan masyarakat,
budaya, banyaknya praktik yang
menyimpang dari islam, itu sangat
jelas terlihat. Karena mayoritas
penduduk negara-negara ini, telah
larut dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak
dari mereka yang mulai membeli
perumahan, saham perusahaan, dan
menyimpan modal usahanya di Eropa
dan Amerika, khususnya di Jepang,
Inggris, Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan
runtuhnya negara mereka di masa-
masa mendatang. Sesungguhnya
dengan menguasai negara-negara ini,
berarti kita telah menguasai setengah
dunia
eberapa Tahapan Penting Dalam
Perjalanan Misi Ini Tahap Pertama (sepuluh tahun
pertama): Kita tidak ada masalah dalam
menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan
Bahrain. Karena itu, kita akan
menjadikan tahapan sepuluh tahun
kedua, sebagai tahapan pertama di 5
negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal: Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan. Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan
fasilitasnya kepada para pengikut
paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga
bertambah banyak jumlah penduduk
yang sepaham dengan kita. Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal
di pasar dagang, dengan para
pegawai kantor, khususnya mereka
yang menjabat sebagai kepala tinggi,
dengan tokoh publik dan dengan
siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi
negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada
beberapa daerah, yang sedang dalam
proyek pengembangan, bahkan di
sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa,
kampung, dan kota kecil lainnya.
Tugas wajib para duta yang kita kirim
adalah membeli sebanyak mungkin
rumah di desa itu, untuk kemudian
dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau menjual hak
miliknya di pusat kota. Sehingga
dengan langkah ini, kota yang padat
penduduknya bisa kita rebut dari
tangan mereka. Tahap Kedua (sepuluh tahun
kedua): Kita harus mendorong masyarakat
syi’ah untuk menghormati UU, taat kepada para pelaksana UU dan
pegawai negara, serta berusaha
mendapatkan surat ijin resmi untuk
berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat
ijin resmi tersebut, akan kita ajukan
sebagai tanda bukti resmi di masa-
masa mendatang untuk mengadakan
berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada kawasan yang tinggi tingkat
kepadatan penduduknya, untuk kita
jadikan sebagai tempat diskusi
tentang masalah-masalah (syiah)
yang sangat sensitif.
Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk mendapatkan
kewarganegaraan dari negara yang
ditempatinya, dengan memanfaatkan
relasi atau hadiah yang sangat
berharga sekalipun. Mereka juga
harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan segera
masuk -khususnya- dalam barisan
militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua: Harus
dihembuskan -secara rahasia dan
tidak langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah
penyebab kerusakan di masyarakat,
dan berbagai praktek menyimpang
syariat yang banyak terjadi di negara
itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran
yang berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan
keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah
dari negara lain. Tak diragukan lagi,
ini akan memprovokasi sejumlah
besar rakyat negara itu, sehingga
pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau
figur Ahlus Sunnah yang dituduh itu,
atau kemungkinan lain; rakyat negara
itu akan menolak isi selebaran itu, dan
para ulamanya akan membantahnya
dengan sekuat tenaga. Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara,
yang akan berakibat pada
diberhentikannya penanggung jawab
masalah itu, atau digantikannya
dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah
kepada seluruh ulama di negaranya,
sehingga menjadikan mereka tidak
bisa menyebarkan agama,
membangun masjid dan pusat
pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap
seluruh ajakan yang berbau agama
sebagai bentuk pelanggaran terhadap
peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa
benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu,
sehingga Ahlus Sunnah dan
Wahabiyah akan kehilangan
pelindung mereka dari dalam, padahal
tidak mungkin ada orang yang
melindungi mereka dari luar. Tahap Ketiga (sepuluh tahun
ketiga): Pada tahap ini, telah terbangun
jaringan yang kuat, antara duta-duta
kita dengan para pemilik modal dan
pegawai atasan, diantara mereka juga
banyak yang telah masuk dalam
barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan
penuh ketenangan dan hati-hati,
tanpa ikut campur dalam urusan
agama, sehingga kepercayaan
penguasa lebih meningkat lagi dari
sebelumnya. Pada tahapan ini, di saat
berkembangnya perseteruan,
perpecahan, dan iklim yang memanas
antara penguasa dengan ulama, maka
diharuskan kepada sebagian ulama
terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk
mensosialisasikan keberpihakan
mereka kepada penguasa negara itu,
khususnya pada musim-musim ritual
keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan
pemerintahan mereka. Apabila situasi
memungkinkan mereka untuk
bersosialisasi melalui media informasi
yang ada, maka janganlah ragu-ragu
memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa, sehingga
mereka senang dan menempatkan
kader kita pada jabatan
pemerintahan, dengan tanpa ada rasa
takut atau cemas dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak
pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di
negara kita, ditambah dengan devisa
perbankan kita yang terus meningkat,
kita akan merencanakan langkah-
langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara
tetangga. Tentu saja para pemilik
modal dengan alasan keuntungan,
keamanan dan stabilitas ekonomi,
akan mengirimkan seluruh rekening
mereka ke negara kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada
semua orang, dalam menjalankan
seluruh kegiatan ekonominya, dan
pengelolaan rekening banknya di
negara kita, tentunya negara mereka
akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan
dalam kerjasama ekonomi. Tahap Keempat (sepuluh tahun
keempat): Pada tahap ini, telah terhampar di
depan kita fenomena; dimana banyak
negara yang para penguasa dan
ulamanya saling bermusuhan,
pebisnis yang hampir bangkrut dan
lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya
dengan separo harga sekalipun, agar
mereka bisa pindah ke daerah yang
aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah,
para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para
penguasanya. Apabila para duta itu
bekerja dengan sungguh-sungguh,
tentunya mereka akan mendapatkan
jabatan terpenting dalam
pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang
pemisah antara para pemilik
perusahaan yang ada dengan para
penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan
kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa
sebagai para penghianat negara, dan
ini akan menyebabkan
diberhentikannya mereka atau
bahkan diusir dan diganti dengan
kader kita. Langkah ini akan membuahkan dua
keuntungan, pertama: Pengikut kita
akan mendapat kepercayaan yang
lebih baik dari sebelumnya. Kedua:
Kebencian ahlus sunnah akan
semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi ’ah di berbagai instansi negara. Ini akan
mendorong ahlus sunnah untuk
meningkatkan langkah menentang
penguasa. Di saat seperti itu, kader-
kader kita harus bersanding membela
penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan
pada saat yang bersamaan, mereka
akan membeli kembali rumah dan
barang yang semula akan mereka
tinggalkan. Tahap Kelima (sepuluh tahun
terakhir): Pada sepuluh tahun kelima, tentunya
iklim dunia telah siap menerima
revolusi, karena kita telah mengambil
tiga pilar utama dari mereka, yang
meliputi: keamanan dan ketenangan
dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan
menjadi seperti kapal ditengah badai
dan nyaris tenggelam, sehingga
menerima semua masukan yang akan
menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui
beberapa tokoh penting dan terkenal,
untuk membentuk himpunan rakyat
dalam rangka memperbaiki keadaan
negara, dan kita akan membantu
penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara.
Tak diragukan lagi, tentunya mereka
akan menerima usulan itu, sehingga
para kader pilihan kita akan
mendapatkan hampir keseluruhan
kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para
pengusaha, ulama dan pegawai setia
pemerintahan, sehingga kita akan
dapat menggulirkan revolusi islam
kita, ke berbagai negara, tanpa
menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun
terakhir, rencana ini tidak
membuahkan hasil, kita tetap bisa
mengadakan revolusi rakyat dan
merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan rakyat
negara itu, maka berarti kita telah
menunaikan kewajiban, yang bisa kita
pertanggung-jawabkan di depan
Allah, agama, dan madzhab kita.
Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada
tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita
hanyalah menggulirkan revolusi,
sehingga kita mampu mengangkat
bendera kemenangan agama tuhan
ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita
mampu maju melawan dunia kafir
dengan kekuatan yang lebih besar,
dan menghias alam dengan cahaya
Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang
dinantikan))
–selesai sudah naskah misi revolusi itu– Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa besarnya kebencian mereka terhadap
Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa, akan tetapi ia sekarang
berubah menjadi aliran pergerakan
politik yang bisa merongrong
eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana
mereka merencanakan pengguliran
revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan
dutanya sebagai alat penyebar aliran,
sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita Ahlus Sunnah
wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya):
“Mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu
daya. Dan Allah adalah sebaik-baik
pembalas tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan
mereka yang menyuarakan, perlunya
pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah
yang masih mengharapkan kebaikan
dari kaum yang selalu berbohong atas
Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan
dengan kaum yang meyakini bahwa
Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi… Adakah yang masih mengharapkan
bersanding dengan kaum yang
mengkafirkan Abu Bakar, Umar,
Utsman, bahkan seluruh Sahabat
Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-
Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka
baik kepada kaum yang menuduh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
selama hidupnya telah berzina
dengan Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik
kaum yang telah membunuh ratusan
bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di
Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran
dengan kaum yang tidak
mengizinkan satu pun masjid Ahlus
Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa
heran ini melihat kenyataan yang ada
di lapangan… Mungkin banyak diantara kita yang
tidak melihat bukti nyata dari
omongan diatas… mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas
adalah sebatas tuduhan yang tak
beralasan… tapi ingatlah bahwa diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi publik
untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam
akidah mereka adalah amalan ibadah
yang berpahala… Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka gembar-
gemborkan: “Tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan
takyiah.” Ternyata selama ini, kita tidak melihat
kejanggalan yang ada pada mereka,
disebabkan takiyah (baca:
kebohongan) mereka kepada kita … Ternyata selama ini tidak terlihat
perbedaan yang mendasar antara kita
dan mereka, karena tabir tebal yang
mereka gunakan untuk menutupi
kebusukan batin… Tapi itulah, sepandai-pandai tupai melompat pasti
akan jatuh juga… Selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah diantara bukti semerbaknya
bau busuk mereka… Alhamdulillah.. awwalan wa aakhiron berkat Allah Azza Wa Jalla terbuka juga misi rahasia
jangka panjang mereka…
Syiah, tentang misi jangka panjang
mereka (50 th), untuk menegakkan
kembali dinasti Persia yang telah
runtuh oleh Islam berabad-abad
lamanya, sekaligus membumi- hanguskan negara-negara Ahlus
Sunnah, musuh bebuyutan mereka.
Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan
Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula
majalah-majalah di berbagai negara
Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi
123, Maret 1998. Karena naskah yang tersebar adalah
naskah dalam bahasa arab, maka
kami terjemahkan ke dalam bahasa
indonesia, agar orang yang tidak
mampu berbahasa arab pun bisa
memahami isi naskah tersebut. Sekarang kami persilahkan Anda
membaca terjemahannya: ((Bila kita tidak mampu untuk
mengusung revolusi ini ke negara-
negara tetangga yang muslim, tidak
diragukan lagi yang terjadi adalah
sebaliknya, peradaban mereka -yang
telah tercemar budaya barat- akan menyerang dan menguasai kita. Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah
dan pengorbanan para pengikut
imam yang pemberani- berdirilah
sekarang di Iran, Negara Syiah Itsna
Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam),
setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar
petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang
berat dan bahaya, yakni: menggulirkan revolusi. Kita harus akui, bahwa pemerintahan
kita adalah pemerintahan yang
berasaskan madzhab syi’ah, disamping tugasnya melindungi
kemerdekaan negara dan hak-hak
rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk
menjadikan pengguliran revolusi
sebagai target yang paling utama. Akan tetapi, karena melihat
perkembangan dunia saat ini dengan
aturan UU antar negaranya, tidak
mungkin bagi kita, untuk
menggulirkan revolusi ini, bahkan
bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan
kelangsungan kita. Karena alasan ini, maka -setelah
mengadakan tiga pertemuan, dan
menghasilkan keputusan, yang
disepakati oleh hampir seluruh
anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya). Karena bahaya yang kita hadapi dari
para pemimpin Wahabiah dan mereka
yang berpaham ahlus sunnah, jauh
lebih besar dibandingkan bahaya
yang datang dari manapun juga, baik
dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus
Sunnah selalu menentang pergerakan
kita. Merekalah musuh utama
Wilayatul Fakih dan para imam yang
ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan
faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan
agama dan adat, dengan begitu
berarti mereka telah memecah dunia
Islam menjadi dua kubu yang saling
bermusuhan. Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di
daerah-daerah berpenduduk Ahlus
Sunnah di Iran, khususnya kota-kota
perbatasan. Kita harus menambah
masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume
dan keseriusan dalam pengadaan
acara-acara peringatan ritual syi’ah. Kita juga harus menciptakan iklim
yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana. Dan merupakan kewajiban negara
dan instansinya, untuk memberikan
perlindungan langsung kepada
mereka yang diutus untuk menempati
daerah itu, dengan tujuan agar
dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di
berbagai kantor, pusat pendidikan
dan layanan umum, yang masih di
pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk
pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan
membuahkan hasil, tanpa adanya
kericuhan, pertumpahan darah, atau
bahkan perlawanan dari kekuatan
terbesar dunia. Sungguh dana besar
yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-
balik. Teori Memperkuat Pilar-pilar
Negara: Kita tahu, bahwa kunci utama untuk
menguatkan pilar-pilar setiap negara,
dan perlindungan terhadap
rakyatnya, berada pada tiga asas
utama: Pertama: Kekuatan yang dimiliki
oleh pemerintahan yang sedang
berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang
dimiliki oleh para ulama dan
penelitinya. Ketiga: Ekonomi yang terfokus
pada kelompok pengusaha pemilik
modal. Apabila kita mampu menggoncang
pemerintahan, dengan cara
memunculkan perseteruan antara
ulama dan penguasanya, atau
memecah konsentrasi para pemilik
modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara
lain, tak diragukan lagi, kita telah
menciptakan keberhasilan yang
gemilang dan menarik perhatian
dunia, karena kita telah meruntuhkan
tiga pilar tersebut. Adapun rakyat jelata setiap negara,
yang berjumlah rata-rata 70-80
persen, mereka hanyalah pengikut
hukum dan kekuatan yang
menguasainya. Mereka disibukkan
oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat
tinggalnya. Oleh karena itu, mereka
akan membela siapa pun yang sedang
berkuasa. Dan untuk mencapai atap
setiap rumah, kita harus menaiki
tangga utamanya. Tetangga-tetangga kita dari kaum
Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah:
Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan
banyak negara kecil di pinggiran
selatan, serta gerbangnya negara
teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal
sebenarnya berpecah-belah. Daerah-
daerah ini, adalah kawasan yang
sangat penting sekali, baik di masa
lalu, maupun di masa-masa yang akan
datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak
ada di muka bumi ini kawasan yang
lebih sensitif melebihinya. Para
penguasa di kawasan ini memiliki
taraf hidup yang tinggi, karena
penjualan minyak buminya. Kategori Penduduk di Kawasan Ini Penduduk di kawasan ini terbagi
dalam tiga golongan: Pertama: Penduduk baduwi dan
padang pasir, yang telah ada sejak
beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari
berbagai pulau dan pelabuhan, yang
telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga zamannya
Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind,
Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi.
Dan telah banyak perjalanan hijrah
dari waktu ke waktu, sejak mulainya
revolusi Islam. Ketiga: Mereka yang berasal dari
negara arab lainnya, dan kota-kota
pedalaman Iran. Adapun lahan bisnis, perusahaan
ekspor impor dan kontraktor,
biasanya dikuasai oleh selain
penduduk asli. Sedangkan penduduk
asli, kebanyakan mereka hidup dari
menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga
penguasa, biasanya mereka hidup
dari gaji pokok penjualan minyak
buminya. Adapun kerusakan masyarakat,
budaya, banyaknya praktik yang
menyimpang dari islam, itu sangat
jelas terlihat. Karena mayoritas
penduduk negara-negara ini, telah
larut dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak
dari mereka yang mulai membeli
perumahan, saham perusahaan, dan
menyimpan modal usahanya di Eropa
dan Amerika, khususnya di Jepang,
Inggris, Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan
runtuhnya negara mereka di masa-
masa mendatang. Sesungguhnya
dengan menguasai negara-negara ini,
berarti kita telah menguasai setengah
dunia
eberapa Tahapan Penting Dalam
Perjalanan Misi Ini Tahap Pertama (sepuluh tahun
pertama): Kita tidak ada masalah dalam
menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan
Bahrain. Karena itu, kita akan
menjadikan tahapan sepuluh tahun
kedua, sebagai tahapan pertama di 5
negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal: Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan. Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan
fasilitasnya kepada para pengikut
paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga
bertambah banyak jumlah penduduk
yang sepaham dengan kita. Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal
di pasar dagang, dengan para
pegawai kantor, khususnya mereka
yang menjabat sebagai kepala tinggi,
dengan tokoh publik dan dengan
siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi
negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada
beberapa daerah, yang sedang dalam
proyek pengembangan, bahkan di
sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa,
kampung, dan kota kecil lainnya.
Tugas wajib para duta yang kita kirim
adalah membeli sebanyak mungkin
rumah di desa itu, untuk kemudian
dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau menjual hak
miliknya di pusat kota. Sehingga
dengan langkah ini, kota yang padat
penduduknya bisa kita rebut dari
tangan mereka. Tahap Kedua (sepuluh tahun
kedua): Kita harus mendorong masyarakat
syi’ah untuk menghormati UU, taat kepada para pelaksana UU dan
pegawai negara, serta berusaha
mendapatkan surat ijin resmi untuk
berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat
ijin resmi tersebut, akan kita ajukan
sebagai tanda bukti resmi di masa-
masa mendatang untuk mengadakan
berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada kawasan yang tinggi tingkat
kepadatan penduduknya, untuk kita
jadikan sebagai tempat diskusi
tentang masalah-masalah (syiah)
yang sangat sensitif.
Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk mendapatkan
kewarganegaraan dari negara yang
ditempatinya, dengan memanfaatkan
relasi atau hadiah yang sangat
berharga sekalipun. Mereka juga
harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan segera
masuk -khususnya- dalam barisan
militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua: Harus
dihembuskan -secara rahasia dan
tidak langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah
penyebab kerusakan di masyarakat,
dan berbagai praktek menyimpang
syariat yang banyak terjadi di negara
itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran
yang berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan
keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah
dari negara lain. Tak diragukan lagi,
ini akan memprovokasi sejumlah
besar rakyat negara itu, sehingga
pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau
figur Ahlus Sunnah yang dituduh itu,
atau kemungkinan lain; rakyat negara
itu akan menolak isi selebaran itu, dan
para ulamanya akan membantahnya
dengan sekuat tenaga. Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara,
yang akan berakibat pada
diberhentikannya penanggung jawab
masalah itu, atau digantikannya
dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah
kepada seluruh ulama di negaranya,
sehingga menjadikan mereka tidak
bisa menyebarkan agama,
membangun masjid dan pusat
pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap
seluruh ajakan yang berbau agama
sebagai bentuk pelanggaran terhadap
peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa
benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu,
sehingga Ahlus Sunnah dan
Wahabiyah akan kehilangan
pelindung mereka dari dalam, padahal
tidak mungkin ada orang yang
melindungi mereka dari luar. Tahap Ketiga (sepuluh tahun
ketiga): Pada tahap ini, telah terbangun
jaringan yang kuat, antara duta-duta
kita dengan para pemilik modal dan
pegawai atasan, diantara mereka juga
banyak yang telah masuk dalam
barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan
penuh ketenangan dan hati-hati,
tanpa ikut campur dalam urusan
agama, sehingga kepercayaan
penguasa lebih meningkat lagi dari
sebelumnya. Pada tahapan ini, di saat
berkembangnya perseteruan,
perpecahan, dan iklim yang memanas
antara penguasa dengan ulama, maka
diharuskan kepada sebagian ulama
terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk
mensosialisasikan keberpihakan
mereka kepada penguasa negara itu,
khususnya pada musim-musim ritual
keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan
pemerintahan mereka. Apabila situasi
memungkinkan mereka untuk
bersosialisasi melalui media informasi
yang ada, maka janganlah ragu-ragu
memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa, sehingga
mereka senang dan menempatkan
kader kita pada jabatan
pemerintahan, dengan tanpa ada rasa
takut atau cemas dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak
pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di
negara kita, ditambah dengan devisa
perbankan kita yang terus meningkat,
kita akan merencanakan langkah-
langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara
tetangga. Tentu saja para pemilik
modal dengan alasan keuntungan,
keamanan dan stabilitas ekonomi,
akan mengirimkan seluruh rekening
mereka ke negara kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada
semua orang, dalam menjalankan
seluruh kegiatan ekonominya, dan
pengelolaan rekening banknya di
negara kita, tentunya negara mereka
akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan
dalam kerjasama ekonomi. Tahap Keempat (sepuluh tahun
keempat): Pada tahap ini, telah terhampar di
depan kita fenomena; dimana banyak
negara yang para penguasa dan
ulamanya saling bermusuhan,
pebisnis yang hampir bangkrut dan
lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya
dengan separo harga sekalipun, agar
mereka bisa pindah ke daerah yang
aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah,
para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para
penguasanya. Apabila para duta itu
bekerja dengan sungguh-sungguh,
tentunya mereka akan mendapatkan
jabatan terpenting dalam
pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang
pemisah antara para pemilik
perusahaan yang ada dengan para
penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan
kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa
sebagai para penghianat negara, dan
ini akan menyebabkan
diberhentikannya mereka atau
bahkan diusir dan diganti dengan
kader kita. Langkah ini akan membuahkan dua
keuntungan, pertama: Pengikut kita
akan mendapat kepercayaan yang
lebih baik dari sebelumnya. Kedua:
Kebencian ahlus sunnah akan
semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi ’ah di berbagai instansi negara. Ini akan
mendorong ahlus sunnah untuk
meningkatkan langkah menentang
penguasa. Di saat seperti itu, kader-
kader kita harus bersanding membela
penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan
pada saat yang bersamaan, mereka
akan membeli kembali rumah dan
barang yang semula akan mereka
tinggalkan. Tahap Kelima (sepuluh tahun
terakhir): Pada sepuluh tahun kelima, tentunya
iklim dunia telah siap menerima
revolusi, karena kita telah mengambil
tiga pilar utama dari mereka, yang
meliputi: keamanan dan ketenangan
dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan
menjadi seperti kapal ditengah badai
dan nyaris tenggelam, sehingga
menerima semua masukan yang akan
menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui
beberapa tokoh penting dan terkenal,
untuk membentuk himpunan rakyat
dalam rangka memperbaiki keadaan
negara, dan kita akan membantu
penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara.
Tak diragukan lagi, tentunya mereka
akan menerima usulan itu, sehingga
para kader pilihan kita akan
mendapatkan hampir keseluruhan
kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para
pengusaha, ulama dan pegawai setia
pemerintahan, sehingga kita akan
dapat menggulirkan revolusi islam
kita, ke berbagai negara, tanpa
menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun
terakhir, rencana ini tidak
membuahkan hasil, kita tetap bisa
mengadakan revolusi rakyat dan
merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan rakyat
negara itu, maka berarti kita telah
menunaikan kewajiban, yang bisa kita
pertanggung-jawabkan di depan
Allah, agama, dan madzhab kita.
Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada
tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita
hanyalah menggulirkan revolusi,
sehingga kita mampu mengangkat
bendera kemenangan agama tuhan
ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita
mampu maju melawan dunia kafir
dengan kekuatan yang lebih besar,
dan menghias alam dengan cahaya
Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang
dinantikan))
–selesai sudah naskah misi revolusi itu– Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa besarnya kebencian mereka terhadap
Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa, akan tetapi ia sekarang
berubah menjadi aliran pergerakan
politik yang bisa merongrong
eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana
mereka merencanakan pengguliran
revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan
dutanya sebagai alat penyebar aliran,
sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita Ahlus Sunnah
wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya):
“Mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu
daya. Dan Allah adalah sebaik-baik
pembalas tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan
mereka yang menyuarakan, perlunya
pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah
yang masih mengharapkan kebaikan
dari kaum yang selalu berbohong atas
Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan
dengan kaum yang meyakini bahwa
Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi… Adakah yang masih mengharapkan
bersanding dengan kaum yang
mengkafirkan Abu Bakar, Umar,
Utsman, bahkan seluruh Sahabat
Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-
Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka
baik kepada kaum yang menuduh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
selama hidupnya telah berzina
dengan Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik
kaum yang telah membunuh ratusan
bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di
Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran
dengan kaum yang tidak
mengizinkan satu pun masjid Ahlus
Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa
heran ini melihat kenyataan yang ada
di lapangan… Mungkin banyak diantara kita yang
tidak melihat bukti nyata dari
omongan diatas… mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas
adalah sebatas tuduhan yang tak
beralasan… tapi ingatlah bahwa diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi publik
untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam
akidah mereka adalah amalan ibadah
yang berpahala… Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka gembar-
gemborkan: “Tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan
takyiah.” Ternyata selama ini, kita tidak melihat
kejanggalan yang ada pada mereka,
disebabkan takiyah (baca:
kebohongan) mereka kepada kita … Ternyata selama ini tidak terlihat
perbedaan yang mendasar antara kita
dan mereka, karena tabir tebal yang
mereka gunakan untuk menutupi
kebusukan batin… Tapi itulah, sepandai-pandai tupai melompat pasti
akan jatuh juga… Selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah diantara bukti semerbaknya
bau busuk mereka… Alhamdulillah.. awwalan wa aakhiron berkat Allah Azza Wa Jalla terbuka juga misi rahasia
jangka panjang mereka…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar